Cara orang berkomunikasi pada masa lalu
Komunikasi menjadi aspek penting yang di lakukan mansuia pada kehidupan seharinya . Dengan berkomunikasi, kita dapat bertukar informasi. Kemajuan teknologi juga membuat cara berkomunikasi semakin mudah untuk dilakukan.Saat ini kita dapat berkomunikasi langsung dengan orang yang berada jauh di benua lain. Dengan gadget dan teknologi yang dimiliki, komunikasi bisa dilakukan dimanapun dengan mudah.Namun sebelum teknologi berkembang seperti saat ini, pernahkah kita berpikir, bagaimana orang-orang zaman dahulu saling berkomunikasi?
Batu
Sebelum kertas ditemukan, masyarakat memakai kayu batu sebagai media untuk berkomunikasi. Permukaan batu akan digores hingga membentuk huruf-huruf. Bangsa Indonesia mulai mengenal aksara yang memiliki karakter tulisan hampir sama. Salah satu contoh peninggalan prasasti yang terkenal adalah Prasasti Yupa, yang tertulis peristiwa upacara Waprakeswara yang diadakan oleh Mulawarman, Raja Kutai.
Surat
Alat komunikasi yang umum digunakan pada zaman dulu adalah surat. Berkirim surat adalah cara berkomunikasi jarak jauh yang sering digunakan oleh orang-orang pada zaman dulu. Di Indonesia sendiri, berkirim surat masih digunakan hingga sekitar tahun 2000an awal. Hingga saat ini, surat masih digunakan, namun dengan konsep yang berbeda.
Daun Lontar
Pada masa kerajaan, komunikasi dilakukan dengan menulis pesan di atas daun lontar yang kering. Kebiasaan ini umum dilakukan dan diyakini sudah ada sejak masa kerajaan Kutai, Tarumanegara, Majapahit. Sriwijaya, Padjajaran dan Mataram. Menulis pada daun lontar, dirasa lebih tahan lama dan bisa diabadikan.
Burung Merpati
Burung merpati menjadi media komunikasi yang cukup populer digunakan oleh banyak orang. Biasanya burung merpati akan dilatih untuk bisa mengirimkan pesan dalam jarak jauh dan bisa kembali ke tempat asalnya. Burung merpati dianggap memiliki daya ingat dan memiliki naluri untuk kembali yang kuat.Indonesia memiliki burung merpati pos yang diberi pangkat 'letnan', karena berjasa menyampaikan pesan dari para pejuang di Lamongan dengan Surabaya. Burung ini dipamerkan di Museum Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur.
Comments
Post a Comment